Monday 31 October 2011

MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN

Untuk menunjang suatu pembelajaran agar pembelajaran tersebut menjadi efektif, di butuhkan model pembelajaran. Model yang akan di bahas pada postingan kali ini adalah Model Bermain Peran

A. Orientasi Model
Bermain peran adalah pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa dalam menemukan jati dirinya dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat dalam memecahkan masalahnya dengan bantuan kelompok. Diharapkan dengan bermain peran siswa dapat menyadari adanya peran yang berbeda dengan dirinya yaitu perilaku orang lain. Model ini dikembangkan oleh George Shaffel.

B. Manfaat Model Pembelajaran Bermain Peran
Banyak manfaat dari model pembelajaran bermain peran ini, yaitu:
  1. Sebagai sarana untuk menggali perasaan siswa.
  2. Untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam memecahkan masalahnya.
  3. Untuk mendapatkan inspirasi dan pemahaman yang dapat mempengaruhi sikap, nilai, dan persepsinya.
  4. Untuk mendalami isi mata pelajaran yang dipelajari.
  5. Untuk bekal terjun ke masyarakat dimasa mendatang sehingga siswa dapat membawa diri, menempatkan diri, menjaga dirinya sehingga tidak asing lagi apabila dalam kehidupan bermasyarakat terjadi banyak siswa yang berbeda-beda.

Dengan metode bermain peran, diharapkan siswa dapat menghayati dan berperan dalam berbagai figur khayalan atau figur sesungguhnya dalam berbagai situasi. Metode bermain peran yang direncanakan dengan baik dapat menanamkan kemampuan bertanggung jawab dalam bekerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat dan kemampuan orang lain, dan belajar mengambil keputusan dalam hubungan kerja kelompok. Metode ini dapat diterapkan pada pengajaran PKn dengan pokok bahasan tentang hubungan kehidupan sosial, misalnya: peranan tokoh-tokoh, susunan dan masyarakat feudal.
Melalui metode bermain peran dapat melibatkan aspek-aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Aspek kognitif meliputi pemecahan masalah. Aspek afektif meliputi sikap, nilai-nilai pribadi/orang lain, membandingkan, mempertentangkan nilai-nilai, mengembangkan empati atas dasar tokoh yang mereka perankan. Sedangkan aspek psikomotor terlihat ketika siswa memainkan peran di depan kelas. Dengan demikian, diharapkan minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran PKn yang selalu kaku dan memjemukan dapat disegarkan kembali.
Tujuan dan manfaat role playing(menurut Shaftel)
  1. Agar menghayati sesuatu kejadian atau hal yang sebenarnya dalan realita hidup.
  2. Agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya.
  3. Untuk mempertajam indera dan rasa siswa terhadap sesuatu.
  4. Sebagai penyaluran/pelepasan ketegangan dan perasaan-perasaan.
  5. Sebagai alat mendiagosa keadaan kemampan siswa.
  6. Pembentukan konsep secara mandiri.
  7. Menggali peranan-peranan dari pada seseorang dalam suatu kehidupan kejadian/keadaan.
  8. Membina siswa dalam kemampuan memecahkan masalah berfikir kritis, analisis, berkomunikasi, hidup dalam kelompok dan lain-lain.
  9. Melatih anak ke arah mengendalikan dan membaharui perasaannya, cara berfikirnya, dan perbuatannya.

C. Prosedur/Langkah-langkahnya
  1. Guru mengadakan pemanasan (warming up), guru menjelaskan permasalahan yang akan dijadikan bahan bahan bermain peran, sikap jujur.
  2. Memilih partisan, guru dan siswa menjelaskan karakter.
  3. Menata ruang tempat untuk bermain peran biasanya tetap di kelas, kecuali jika kelas tinggi yang akan digunakan sebagai pertunjukkan perpisahan kelas, perlu ruang/tempat yang sesuai, biasanya unutk kelas rendah hanya mengatur skenario sederhana, misalnya siapa yang jadi anak tidak jujur atau yang jujur dan siapa yang keluar dulu dan seterusnya.
  4. Langkah keempat ini, guru juga memikirkan yang lain, anak yang tidak main peran juga harus dilibatkan walaupun sebagai penonton agar mengamati temannya.
  5. Permainan dimulai, walaupun masih banyak anak yang bingung dan malu-malu, sambil tertawa gembira, jika tidak bisa berjalan dengan baik guru bisa menghentikan dan diulang lagi atau bila perlu diganti siswa yang lebih cocok.
  6. Guru mendiskusikan tentang pelaksanaan bermain peran ini bila perlu alur ceritanya diubah sedikit atau banyak.
  7. Permainan diulang lagi setelah mendapatkan pembenahan-pembenahahan.
  8. Membahas jalan jalannya main peran, guru memberikan-masukan agar lebih menjiwai lagi.
  9. Guru menutup dan menyimpulkan bersama siswa, namun guru akhirnya memberi siswa penegasan bahwa dalam gambar tadi ada anak yang tidak jujur, dijauhi teman dan anak yang jujur disenangi, disegani teman, guru, dan orang tua.

D. Aplikasi
Bermain peran bisa juga untuk memecahkan masalah sosial atau kasus yang dihadapi publik atau siswa sendiri. Guru berupaya menegaskan kemampuan untuk menanamkan sikap perasaan pada dirinya sendiri atau orang lain/teman lain dan dapat pengetahuan untuk memecahkan masalah.

Contoh Model I: Bermain Peran

Standar Kompetensi:
1. Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dll.
2. Menyebutkan organisasi pemerintahan tingkat pusat, seperti Presiden, wakil Presiden, dan para Menteri.

Contoh Model I: Bermain Peran
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Kelas IV semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Memahami sistem pemerintahan tingkat pusat 1. Mengenal lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK, dan BPK, dll
2. Menyebutkan organisasi pemerintahan tinkat pusat, seperti Presiden, wakil Presiden, dan para Menteri.

Langkah-langkah:
  1. Pertama, guru memberikan penjelasan tentang sistem pemerintahan tingkat pusat.
  2. Kedua, guru menjelaskan dan memilih peran tentang cara pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan menentukan siswa untuk bermain peran.
  3. Ketiga, guru menjelaskan tata cara bermain peran, Guru dan siswa menata ruang kelas.
  4. Keempat, guru memberitahu kepada anak yang tidak bermain peran menjadi pemilih sekaligus mencatat tata cara pemilihan.
 Siswa bermain peran.
  1. Kelas ditata seperti Tempat Pemungutan Suara (TPS). Siswa melakukan pencoblosan/pemilihan Presiden dan wakil Presiden di bilik pencoblosan dengan mencoblos salah satu gambar calon Presiden dan wakil Presiden yang ada pada kertas pemilihan. Setelah itu, siswa memasukkan kertas pemilihan ke kotak suara.
  2. Siswa melakukan penghitungan suara.
  3. Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih berpidato.
  4. Guru menjelaskan bahwa pemilihan Presiden dan wakil Presiden merupakan perwujudan sistem pemerintahan tingakt pusat. Guru menjelaskan Presiden dan wakil Presiden yang terpilih harus menepati janji-janjinya, bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, tidak KKn dan tidak boleh sombong dan tetap baik kepada masyarakat. Bagi calon yang tidak terpilih harus berlapang dada menerima kekalahannya dan mendukung program yang dijalankan Presiden dan wakil Presiden terpilih.
  5. Guru mengakhiri permainan.
  6. Guru menjelaskan mengenai sistem pemerintahan pusat.
  7. Guru memberikan pertanyaan lisan mengenai pemilihan umum. Selanjutnya, sebagai tindak lanjut, guru menugaskan siswa mencari dan mencatat lembaga-lembaga negara dalam susunan pemerintahan tingkat pusat serta organisasi pemerintahan tingkat pusat.
Artikel Terkait di Bawah posting

1 Responnnnnnn :

Unknown said...

terima kasih.. ini sangat membantu

Post a Comment

Silakan anda berikan saran atau komentar untuk membangun blog haur gading menjadi lebih baik,, ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...