Thursday 6 January 2011

contoh proposal PTK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap guru yang mengajar di kelas I pasti menginginkan anak didiknya mampu membaca dengan lancar. Dengan kemampuan membaca akan memudahkan siswa mata pelajaran yang lain. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga sejak di SD siswa dibekali keterampilan membaca. Hal ini didukung oleh pendapat Akhadiah (Zuchdi dan Budiasih 1996/1997 : 49) yang menyatakan bahwa pembelajaran membaca mempunyai peranan yang sangat penting, sebab melalui pembelajaran membaca guru dapat memilih wacana yang dapat memudahkan penanaman nilai-nilai ke Indonesia, wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan dan sebagainya.
Pembelajaran membaca permulaan pada kelas rendah sering ditemukan sebagai permasalahan, diantaranya masalah siswa, guru, materi kegiatan belajar mengajar dan metode yang digunakan. Sehubungan dengan masalah itu, Soedjadi (2002 : 1) berpendapat bahwa penyebab kesulitan belajar siswa bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri dan juga dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian materi pelajaran atau suasana pembelajaran. Pada umumnya guru langsung menulis di papan tulis wacana yang akan diajarkan dan siswa disuruh membacanya, tidak didahului dengan berbagai cara pembelajaran. Padahal guru harus melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan agar kelas selalu dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan. Hal tersebut sesuai dengan UU RI tentang Sistem Pendidikan No. 20 tahun 2003 pasal 40 yang berbunyi : pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan diologis. (Depdiknas, 2003 : 39)
Sesuai dengan usia siswa kelas I yang suka bermain maka pelajaran membaca permulaan dibawa kesuasana permainan yang menyenangkan misalnya, membaca dengan menggunakan permainan bahasa, dengan harapan belajar sambil bermain dapat meningkatkan kemampuan siswa yang tidak lancar dalam membaca permulaan.
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses aktivitas membaca. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recording dan decoding (Anderson, 1972 : 2009).
Menurut Zuhdi dan Burdiasih (1996/1997 :50) mengemukakan bahwa : “kemampuan membaca yang diperoleh siswa pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya makakemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tehap membaca lanjut siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai”.
Sabarti Akhadiah (1991/1992 : 23) menyebutkan cirri-ciri kegiatan membaca diantaranya yaitu membaca harus lancar, artinya pembaca harus dapat membedakan antara tulisan dengan makna yang terkandung dalam tulisan itu.
Anderson (Tarigan, 1985 : 7) berpendapat bahwa dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu membaca perlu diciptakan suasana yang menyenangkan, yaitu dengan cara melakukan proses kegiatan mencocokkan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis.
Zuhdi dan Budiasih (1996/1997 : 49) menyatakan bahwa : “membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif”. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan dapat memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya dan memperluas wawasannya.
Membaca permulaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempelajari pelajaran di sekolah. Makin cepat siswa dapat membaca dengan lancar makin besar peluang untuk dapat memahami dan mempelajari pelajaran disekolah. Namun demikian di akhir tahun ajaran masih ada siswa yang tidak lancar membaca. Hal tersebut berkaitan dengan berbagai faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu : pesan, sarana, dan teknik. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi masalah tersebut adalah teknik pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Oleh sebab itu guru harus benar-benar memahami langkah-langkah yang ditempuh dalam mengajar membaca dan menulis permulaan.
Untuk menarik minat dan perhatian siswa terhadap materi yang diberikan, seyogyanya pengajaran bahasa Indonesia dilengkapi dengan alat peraga. Penggunaan alat peraga sangat besar manfaatnya untuk mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran bahasa Indonesia. Kreatifitas guru dalam membuat alat peraga yang sesuai dengan materi pelajaran sangat menentukan bagi kelancaran pelaksanaan pengajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran membaca permulaan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran membaca perlu diciptakan suasana yang menyenangkan dengan permainan bahasa (permainan kartu huruf, kata-kata dan kalimat). Diharapkan cara tersebut dapat mengatasi masalah siswa yang tidak lancar membaca.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian tindakan di kelas dengan judul “MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN MENGGUNAKAN PERMAINAN BAHASA SISWA KELAS 1 SDN HAUR GADING”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah dengan menggunakan permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan?
b. Bagaimana aktivitas siswa kelas I dalam membaca permulaan dengan menggunakan permainan bahasa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui aktivitas siswa kelas I dalam membaca permulaan melalui permainan bahasa
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan melalui permainan bahasa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk memperbaiki mutu proses pembelajaran membaca permulaan :
1. Bagi siswa :
Dengan menggunakan permainan bahasa (bermain huruf, suku kata, kata dan kalimat) siswa aka lebih mudah dalam belajar membaca permulaan.
2. Bagi guru :
a. Sebagai baha masukan dalam memilih cara pembelajran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan
b. Sebagai acuan untuk membantu guru yang lain untuk melakkan tindakan jika mengalami permasalahan yang sama



3. Bagi kepala sekolah :
a. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi yang tepat bagi sekolah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memabaca permulaan.
b. Sebagai informasi atau masukan, kajian dan evaluasi tentang tingakt kemampuan siswa dalam membaca permulaan.













BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Hakikat Membaca
Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna Vecca (Depdiknas, 2002 : 3). Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Dengan demikian, anak sejak kelas awal SD perlu memperoleh latihan membaca dengan baik khususnya membaca permulaan.
Dalam proses membaca itu, pembaca mencoba mengkreasikan apa yang dimaksud oleh penulis. Dilain pihak Gibon Paulina (1993:70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan, kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif saja, melainkan menghendaki pembaca untuk aktif berpikir.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan system semantic, sintaksis, morfologis dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
2. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan dalam pengertian ini adalah membaca permulaan dalam teori keterampilan, maksudnya menekankan pada proses aktivitas membaca. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah membaca merupakan proses recording dan decoding (Andrson, 1972:209).
Menurut La Barge dan Samuels (Zuchdi, 1997:49) membaca permulaan melibatkan tiga komponen yaitu : (a) Visual Memory (vm), (b) Phonological Memory (pm), dan (c) semantic memory (sm). Lambing-lambang fonem tersebut adalah kata dibentuk menjadi kalimat. Proses pembentukan tersebut terjadi pad aketiganya. Pada tingkat vm, huruf, kata dan kalimat terlihat sebagai lambang grafis, sedangkan pada tingkat pm terjadi proses pembunyian lambing-lambang tersebut juga dalam bentuk kata dan kalimat. Selanjutnya dikemukakan bahwa untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu : (a) kemampuan membunyikan lambing tulisan, (b) penguasaan kosa kata untuk member arti, dan (c) memasukkan makna dalam kemahiran berbahasa..
3. Tujuan Membaca
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan memahami makna dan isi bacaan. Anderson (Depdiknas, 2002:5) menuliskan tujuan membaca adalah sebagai berikut :
a. Menemukan detail dan fakta,
b. Menemukan gagasan utama
c. Menemukan urutan atau organisasi bacaan
d. Menyimpulkan
e. Mengklasifikasikan
f. Menilai dan membandingkan atau mempertentangkan.
Dari pendapat di atas, tampak bahwa tujuan membaca sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan kegiatan membaca yakni, berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman terhadap isi bacaan.
4. Karakteristik Anak Didik Sekolah Dasar
Menurut Nasution (Syaiful Bahri Djamarah, 2002:89) usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas tahun. Pada usia ini anak pertama kali mengalami pendidikan formal dan bisa juga kita katakana bahwa usia ini adalah usia yang matang untuk anak menerima pelajaran-pelajaran yang merupakan tingkat pertama dalam pendidikan untuk anak di kemudian hari meniti jenjang pendidikan tingkat selanjutnya.
Beberapa sifat anak-anak pada masa ini antara lain adalah seperti yang disebutkan dibawah ini :
a) Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan prestasi sekolah
b) Adanya sikap cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan tradisional
c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri
d) Suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e) Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting
f) Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapot) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
5. Manfaat Membaca
Hampir semua orang mengetahui bahwa dengan membaca orang dapat mengenal berbagai peristiwa kejadian diseluruh penjuru dunia, meskipun orang yang bersangkutan tidak berada di tempat kejadian.
Tentang manfaat dari membaca bagi siswa SD Subur (1992:44) menyatakan bahwa : “Anak pernuh potensi dan bisa dikembangkan terutama potensi “ingin tahu”. Ini perlu disalurkan secara positif. Diisi sedikit demi sedikit, tetapi berkelanjutan dan terus menerus. Dengan demikian dia akan tumbuh dan berakar kokoh. Rasa ingin tahu anak dapat dikembangkan lewat buku atau kegiatan membaca.
6. Pengertian Permainan
Permainan merupakan alat bagi anak-anak untuk menjelajahi dunianya, dari yang tidak dikenali sampai pada yang diketahui, dan dari yang tidak dapat dipernuat sampai mampu melakukannya. Bermain bagi anak memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan kehidupan sehari-hari. Menurut Franberg (Subana, 2006:25) permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna.
7. Permainan Bahasa
Permainan bahasa merupakan permainan untuk memperoleh kesenangan dan untuk melatih keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, menulis dan membaca). Apabila suatu permainan menimbulkan kesenangan tetapi tidak memperoleh keterampilan bahasa tertentu, maka permainan tersebut bukan permainan bahasa. Dapat dikatakan permainan bahasa apabila suatu aktivitas tersebut mengandung kedua unsur kesenangan dan melatih keterampilan berbahasa.
Tujuan utama permainan bahasa bukan semata-mata untuk memperoleh kesenangan, tetapi untuk belajar keterampilan berbahasa tertentu, misalnya menyimak, berbicara, menulis, dan membaca. Aktivitas permainan dilakukan dengan cara yang menyenangkan, menurut Mohlish (1992:54) interaksi antara permainan dengan pembelajaran akan memberikan pengalaman belajar yang sangat penting bagi anak-anak. Menang dan kalah bukan merupakan tujuan utama permainan. Dalam setiap permainan terdapat unsur rintangan atau tantangan yang harus dihadapi. Tantangan tersebut kadang-kadang berupa masalah yang harus diselesaikan atau diatasi, kadang pula berupa kompetensi. Masalah yang harus diselesaikan itulah dapat melatih keterampilan berbahasa.

8. Permainan Kata
Permainan kata dan huruf memberikan suatu situasi belajar yang menyenangkan. Siswa dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk memberikan tanggapan dan keputusan. Dalam memainkan suatu permainan, siswa dapat melihat sejumlah kata berkali-kali, namun tidak dengan cara yang membosankan. Guru perlu banyak memberikan sanjungan dan semangat. Hindari kesan bahwa siswa melakukan kegagalan. Jika permainan sukar dilakukan oeh siswa, maka guru perlu membantu agar siswa merasa senang dan hasil belajar.

B. Kerangka Berpikir dengan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Berpikir
Apabila menggunakan metode permainan bahasadalam pembelajaran membaca permulaan dengan cara dibimbing, dibina, diarahkan secara terus menerus dan berkelanjutan maka dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran, meningkatkan aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa berupa kemampuan membaca permulaan pada setiap siklus dalam penelitian ini.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir dan landasan teori sebagaimana yang diuraikan di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Dengan Menggunakan Permainan Bahasa Dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Siswa SD Kelas I SDN Haur Gading.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendektan kuantitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati Bogdan dan Taylar (Moleong, 1997:3)
Pendekatan penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase rata-rata, ci kuadrat dan perhitungan statistic lainnya. Dengan kata lain penelitian kuantitatif melibatkan diri pada “perhitungan” atau “angka” atau “kuantitas” menurut Kirk dan Miller (Moleong, 1997:2).
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur/langkah menggunakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Harsono (2001:17) yang dimulai dari permasalahan, cara pemecahan, pelaksanaan, observasi, analisa, dan repleksi.


B. Setting/Lokasi Penelitian
Setting dalam penelitian ini adalah keadaan sekolah khususnya kelas dan siswa-siswinya yang harus ada ketika guru (peneliti) sedang melakukan proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas I Sekolah Dasar Negeri Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara, pada Semester I Tahun Ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 22 orang, masing-masing terdiri dari 11 orang siswa perempuan dan 11 orang siswa laki-laki.
C. Faktor yang Diteliti
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini ada beberapa factor yang ingin diteliti yaitu :
1. Factor siswa, yaitu pengamatan aktivitas siswa dalam menemukan kartu huruf, merangkai menjadi sebuah kata dan kalimat.
2. Factor guru, yaitu pengamatan terhadap pembelajaran. Bahasa Indonesia di kelas, meliputi tahap apersepsi, motivasi, interakasi belajar mengajar dan evaluasi.
3. Factor hasil belajar, berupa hasil belajar siswa, apakah dengan menggunakan metode permainan bahasa dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
D. Skenario Tindakan
1. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan ini adalah :
a. Membuat rencana pembelajaran membaca permulaan dengan tema diri sendiri
b. Menyiapkan alat peraga berupa kartu huruf,kartu kata, kartu kalimat dan gambar yang berhubungan dengan tema diri sendiri.
c. Membuat lembar observasi untuk mengukur hasil belajar berupa tes pelajaran
d. Menyusun alat evaluasi untuk menilai kemampuan membaca siswa.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Siklus I dengan 2 kali pertemuan
b. Siklus II dengan 1 kali pertemuan
3. Observasi/monitoring
Pada tahapan ini dilakukan observasi dan evaluasi bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam membaca permulaan apakah sesuai dengan indicator keberhasilan yang ditetapkan yakni minimal siswa memperoleh nilai 70 pada setiap kegiatan penilaian kemampuan membaca permulaan.
4. Refleksi
Dari hasil observasi dan penilaian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan permainan bahasa dapat direfleksikan pada tindakan selanjutnya.


E. Sumber Data dan Cara Pengambilan Data
1. Sumber Data
Data penelitian ini dikumpulkan melalui guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas I di SDN Haur Gading Kecamatan Batang Alai Utara pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.
2. Jenis Data
Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini berupa :
a. Data kualitatif berupa observasi aktivitas siswa melaksanakan tugas, menemukan atau mencari sesuatu seperti : menyusun huruf, kata, kalimat dan permainan bahasa.
b. Data kuantitatif berupa nilai tes hasil belajar dengan cara mengekspresikannya.
3. Cara pengambilan data
a. Data aktifitas belajar siswa kelas melaksanakan tugas menyusun huruf, menyusun kata, menyusun kalimat dan permainan bahasa.
b. Data kegiatan pembelajaran guru diambil dengan format observasi tahap-tahap pembelajaran di kelas berlangsung.
c. Data hasil belajar diperoleh dari nilai tes objektif padamasa akhir proses pembelajaran.
4. Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan observasi, tes hasil belajar, koesioner kemudian dimasukkan tabel kerja data tersebut dianalisis menggunakan analisis sederhana dengan rumus P=F/N x 100%
keterangan :
P = Jumlah angka persentase
F = Frekuensi jawaban yang diteliti
N = jumlah responden
100% = nilai ketepatan
(Depdiknas : 1999 : 73)
F. Indikator Keberhasilan
Indicator keberhasilan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui permainan bahasa, kemampuan anak dalam membaca permulaan minimal memperoleh nilai minimal 70, sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar (Depdiknas, 2003) Artikel Terkait di Bawah posting

0 Responnnnnnn :

Post a Comment

Silakan anda berikan saran atau komentar untuk membangun blog haur gading menjadi lebih baik,, ^^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...