Friday, 28 October 2016

EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR?

Sebelum menjawab pertanyaan terhadap judul post di atas alangkah bagusnya kalau kita terlebih dahulu menjawab pertanyaan "apa yang dimaksud dengan model pembelajaran jigsaw?". 
 Image result for model pembelajaran jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif  yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan meteri tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
 
Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diu jicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001:78). Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode pembelajaran kooperatif. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang lebih banyak melibatkan interaksi aktif antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun siswa dengan lingkungan belajarnya. Siswa belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai materi yang sedang dipelajari. Keuntungan yang bisa diperoleh dari penerapan pembelajaran kooperatif ini yaitu siswa dapat mencapai hasil belajar yang bagus karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar.  

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain . Dengan demikian siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang di tugaskan kepada mereka. Kemudian siswa –siswa itu kembali pada tim atau kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

untuk lebih lengkapnya tentang model pembelajaran jigsaw silakan klik disini   


dari pengertian tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di atas dapat disimpulkan bahwa model kooperatif menuntut keaktifan, kerja sama dan pemahaman siswa yang ekstra agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. selain itu, paham tidaknya siswa tergantung cara penyampaian dari tim ahi {kelompok ahli). dapat dilihat pada gambar berikut :
Image result for model jigsaw
untuk dapat menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR? itu sebenarnya tergantung sekolah, siswa, lingkungan kerja masing-masing. untuk sekolah yang ada di perkotaan mungkin model jigsaw "efektif" digunakan dalam pembelajaran. tapi menurut pandangan penulis, di beberapa tempat model pembelajaran jigsaw malah tidak efektif digunakan dalam pembelajaran. karena dari pengalaman pribadi dan cerita teman sejawat untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di tempat penulis rata-rata siswa masih menerapkan budaya "malu" untuk berbicara. budaya malu tersebut membuat kegiatan pembelajaran cenderung kurang aktif yang  bertolak belakang dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang menuntut siswa untuk aktif. Padahal penulis sebagai guru kelas sudah mencoba beberapa alternatif agar siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran. kemungkinan karena kemampuan guru yang belum profesional dalam melakukan kegiatan pembelajaran (penulis baru satu tahun menjadi pengajar). atau mungkin juga karena pengaruh dari lingkungan sehari-hari siswa tersebut.

jadi untuk menjawab pertanyaan EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR? jawabannya adalah tergantung dari beberapa faktor seperti siswa, guru, lingkungan sekolah, dan lingkungan luar sekolah.

bagi teman-teman yang ingin menambahkan jawaban atas pertanyaan di atas ataupun ingin membantu penulis untuk membuat siswa menjadi aktif silakan ditambahkan lewat kolom komentar. terima kasih

penulis  : agus sardi, S. Pd 
sumber : model pembelajaran mukhlis
Baca lanjutannya - EFEKTIFKAH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITERAPKAN DI SEKOLAH DASAR?

Monday, 8 February 2016

"Program Sertifikasi Guru" Perlu atau Tidak?

Beberapa tahun terakhir sedang gencar-gencarnya pemerintah melaksanakan salah satu programnya, yaitu "sertifikasi guru". Setiap guru pasti menginginkan untuk mendapatkan sertifikasi (termasuk penulis ^^) karena dari apa yang sudah kita ketahui apabila kita mendapatkan tunjangan sertifikasi otomatis kita akan menerima gaji ++. oleh karena itu, langkah-langkah untuk mendapatkannya pun susah-susah gampang karena kita harus mencukupi syarat-syarat yang diminta.

Program ini sesungguhnya tuntutan yang diamanatkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mewajibkan seluruh guru disertifikasi dan diharapkan tuntas sebelum 2015. Upaya ini semata-mata dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, yang selanjutnya akan berdampak pada peningkatan mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.

Berdasarkan anggaran dan kuota program sertifikasi guru, pemerintah sangat serius terhadap pengembangan profesi guru. Persoalannya sekarang, apakah sertifikasi guru semacam itu akan memberikan dampak positif terhadap kemajuan dunia pendidikan? Bagaimana memantau kinerja guru yang sudah tersertifikasi agar mampu memberikan nilai tambah buat kemajuan dunia pendidikan? Kalau memang nyata-nyata ditemukan sejumlah fakta bahwa sertifikasi guru tidak memberikan imbas positif terhadap kemajuan dunia pendidikan, perlukah sertifikasi dikaji ulang? Kalau memang perlu dikaji ulang, adakah upaya lain yang bisa dilakukan agar peningkatan kesejahteraan guru memberikan imbas positif terhadap kemajuan dunia pendidikan?

Pada akhirnya kita akui bersama bahwa tunjangan profesi yang diberikan kepada guru yang lulus sertifikas sangat berarti untuk meningkatkan kesejahteraan para guru. Namun yang paling penting adalah bagaimana guru terus merefleksikan dirinya bahwa tunjangan tersebut adalah untuk menjadikan guru lebih profesional bukan untuk kepentingan konsumtif dan bergaya hidup hedonis.Dengan demikian bila kinerja guru sudah baik maka pendidikan yang bermutu tinggal tunggu waktu saja.

Terakhir sebagai hiburan mari kita sama-sama menonton video komedi di samping ini tentang sertifikasi guru.

sumber : http://www.ybhk.or.id/artikel/tunjangan-sertifikasi-dan-kinerja-guru/

Baca lanjutannya - "Program Sertifikasi Guru" Perlu atau Tidak?

Sunday, 7 February 2016

Kelebihan dan Kekurangan Mesin Absensi Sidik Jari (Fingerprint)

Salah satu indikator baik tidaknya kinerja guru dapat dilihat dari kehadirannya di tempat mengajar. Untuk memantaunya, biasanya digunakan daftar presensi atau absensi guru. Belakangan ini tersiar kabar di lingkup pemerintahan Kabupaten Tabalong akan menggunakan presensi/finger print/sidik jari elektronik. Bahkan beberapa hari kemarin sudah ada surat edaran tentang pengadaan fingerprint oleh sekolah (secara swadaya).

Kali ini kami akan membahas kelebihan dan kekurangan  dari Mesin Absensi Sidik Jari/Fingerprint yang kami kumpulkan dari berbagai sumber. Tapi sebelum kita membahas kelebihan dan kekurangannya, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa itu mesin absensi sidik jari.

Mesin absensi sidik jari adalah mesin absensi dengan mendeteksi sidik jari untuk mendata kehadiran karyawan. Sidik jari adalah ciri unik pada bagian tubuh manusia yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Saudara kembar bahkan memiliki bentuk dan sidik jari yang berbeda pula. Karena banyaknya kelemahan mesin absensi manual kemudian penemu teknologi mulai menciptakan mesin absensi yang mendeteksi gambar dan pola sidik jari. Penggunaan jenis mesin absensi sidik jari mulai banyak digunakan sejak tahun 1997

Sebuah sistem absensi dibuat untuk mempermudahkan pendataan kehadiran karyawan. Absensi sidik jari, sistem yang dibuat untuk meminimalisir kecurangan dan meningkatkan kedisiplinan.
Kelebihan dari pada mesin absensi sidik jari ini antara lain adalah sebagai berikut :
  • Data absensi langsung masuk ke komputer, bisa langsung di olah guna pembuatan laporan
  • Penggunaanya yang praktis dan simpel. Karyawan dapat langsung mengabsen dan membuktikan kehadirannya dengan cara menempelkan salah satu jari atau seluruh jari tangannya pada layar/monitor yang telah tersedia pada mesin absensi.
  • Tidak memungkinkan penitipan presensi maupun pemalsuan sidik jari. Baik di palsukan dengan fotokopi sidik jari atau sidik jari tiruan.
  • Harga yang relatif lebih murah di banding sistem absensi biomterik bahkan sistem absensi dengan kartu atau kertas lainnya.
  • 6.Meningkatkan produktifitas suatu lembaga, menjadi pemicu karyawan untuk hadir tepat waktu dan kehadirannya tidak fiktif.
  • Mesin absensi sidik jari dapat menampung kapasitas data yang sangat besar. Hal ini sangat menguntungkan karena tidak perlu lagi pengunaan kartu absensi manual yang memakan banyak biaya.
Sedangkan Kekurangan dari mesin absensi sidik jari ini adalah :
Pada umumnya, mesin absensi sidik jari memiliki kekurangan pada proses pendeteksian dan pendataan sidik jari karyawan tersebut. Mesin jenis ini cenderung mengalami error atau proses yang lambat apalagi jika sidik jari yang sedang dideteksi dalam kotor, basah, atau berkeringat. Dengan kata lain, mesin absensi fingerprint sangat sensitif. Error atau masalah seperti ini bisa saja membawa dampak buruk pada kondisi mesin itu sendiri maupun produktivitas perusahaan (karena lambatnya pemrosesan absensi karyawan).
Sistem mesin absensi sidik jari memerlukan proses registrasi atau pendataan terlebih dahulu. Pada saat proses scan sidik jari data akan dimasukkan ke dalam sistem beserta identitas karyawan lainnya seperti nomor dan nama. Setelah proses registrasi, mesin telah dapat digunakan untuk absensi karyawan cukup dengan menempelkan jari yang digunakan pada saat registrasi pada layar scan yang telah tersedia. Selanjutnya software absensi karyawan pada mesin tersebut akan memproses dan menyimpan data. Output data dapat dilihat dengan menggunakan komputer oleh bagian HRD untuk memantau absensi karyawan.

kiranya cukup sekian dulu yang dapat kami share pada kesempatan ini, berhubung di tempat kami belum menggunangan fingerprint, kami belum bisa menshare kelebihan dan kekurangan absensi dengan menggunakan fingerprint tersebut. Semoga program-program tersebut bisa terealisasi dan bermanfaat bagi dunia pendidikan umumnya pemerintahan Kabupaten Tabalong. Amien...
Baca lanjutannya - Kelebihan dan Kekurangan Mesin Absensi Sidik Jari (Fingerprint)

Friday, 5 February 2016

Pakaian Dinas Harian Kabupaten Tabalong

Assalamualaikum wr wb............

Tidak terasa sudah 4 tahun vacum dari dunia blog, tiba-tiba ada angin yang mengajak kembali untuk memeriahkan dunia blogger banua khususnya kabupaten Tabalong. Sebelumnya, cuma ngasih info sekarang penulis menjadi seorang guru di SDN BURUM kecamatan Bintang Ara. Karena penulis tidak lagi berprofesi sebagai mahasiswa, maka penulis akan mulai membahas tentang dunia pendidikan terutama pendidikan dasar khususnya lagi yang ada di daerah Kabupaten Tabalong. 

Beberapa pekan terakhir dunia pendidikan di Indonesia khususnya Tabalong telah menetapkan tentang Pakaian Dinas Harian atau disingkat PDH untuk tenaga pendidik atau guru. katanya dimaksudkan agar terciptanya keseragaman khususnya untuk tenaga pendidik.

Untuk Hari Senin PDH dengan warna biru malam yang kira-kira penampakannya seperti di bawah ini PDH GURU SENIN


sedangkan pada hari selasa PDH dengan warna hijau PDH GURU SELASA


rabu PDH yang dipakai adalah batik khas Tabalong/sasirangan/batik nasional
sasirangan


kamis PDH  kemeja putih dengan bawahan gelap
PDH GURU KAMIS


untuk hari jumat PDH yang dipakai bebas (asal pantas) tergantung sekolah sih, kalau di SDN Burum makai pakaian olahraga.
Image result for contoh pakaian olahraga



kalau hari Sabtu dianjurkan memakai PDH Pramuka, kira-kira seperti di bawah
PDH GURU SABTU

sebagai catatan tanggal  17 setiap bulannya memakai PDH KORPRI
batik-korpri-terbaru


dan tanggal 25 setiap bulannya menggunakan PDH Batik PGRI
PDH KOPRI 17

Menurut pendapat saya dan sebagian pendapat teman-teman juga, alangkah bagusnya kalau PDH hari senin disamakan dengan tenaga pendidik di Kabupaten lain yaitu menggunakan PDH warna hijau supaya benar-benar terjadi keseragaman. "Kalau warna biru nanti dikira satpam" kata salah satu rekan sejawat. Namun, karena sudah diputuskan maka tidak ada pilihan lain selain mengikuti peraturan yang ada.

Bagaimana PDH Daerah kalian?

sumber : http://disdiktabalong.net/2016/01/21/pakaian-dinas-harian-pdh-guru-di-lingkungan-pemkab-tabalong/ 
Baca lanjutannya - Pakaian Dinas Harian Kabupaten Tabalong

Thursday, 27 February 2014

ALASAN BENCANA MENURUT ISLAM

Awal tahun 2014 ini identik dengan BENCANA ALAM, coba anda liat di hampir semua TV swasta selalu saja berita bencana, dari banjir sampai gunung meletus selalu menghiasi layar kaca anda. begitu juga dengan portal berita online seperti yang saya kutip dari kompas.com yang beritanya sebagai berikut :

"Bencana yang melanda sejumlah wilayah sejak akhir tahun lalu, mulai dari banjir, longsor, angin puting beliung, gelombang laut yang tinggi, hingga gunung meletus, belum berakhir, bahkan berpotensi masih akan terus terjadi. Banjir, misalnya, tak kunjung surut, bahkan terus meluas. Kondisi ini membuat sebagian besar wilayah Indonesia dalam kondisi darurat bencana.
Berbagai bencana yang terjadi di Indonesia saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Ada proses yang mendahuluinya, tetapi tidak sepenuhnya disadari berisiko buruk bagi manusia. Banjir, termasuk banjir bandang, dan juga tanah longsor yang setiap tahun terus bertambah bagaimanapun merupakan akibat perilaku manusia"

 
Mengapa Manusia Ditimpa Bencana?

untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita bersama-sama melihat dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tarmizi daripada Ali bin Abu Talib, Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:
“Apabila umatku melakukan 15 perkara berikut, maka layaklah mereka ditimpa bencana yaitu:

  1. Apabila harta yang dirampas (daripada peperangan) diagih-agihkan kepada orang-orang yang tertentu sahaja.
  2. Apabila zakat dikeluarkan kerana penebus kesalahan (terpaksa).
  3. Apabila sesuatu yang diamanahkan menjadi milik sendiri.
  4. Apabila suami terlalu mentaati isteri.
  5. Apabila anak-anak menderhakai ibu bapa masing-masing.
  6. Apabila seseorang lebih memuliakan teman daripada ibu bapa sendiri
  7. Apabila kedengaran banyak bunyi bising.
  8. Apabila lebih ramai berbicara mengenai hak keduniaan di dalam masjid.
  9. Apabila sesuatu kaum itu terdiri daripada orang yang dihina oleh mereka.
  10. Apabila memuliakan seseorang kerana takutkan tindakan buruknya.
  11. Apabila arak menjadi minuman biasa.
  12. Apabila lelaki memakai sutera.
  13. Apabila perempuan dijemput menghiburkan lelaki.
  14. Apabila wanita memainkan alat-alat muzik.
  15. Apabila orang yang terkemudian menghina orang terdahulu, maka pada saat itu tunggulah bala yang akan menimpa dalam bentuk angin merah (puting beliung) atau gerak gempa yang maha dahsyat atau tanaman yang tidak menjadi.

Seandainya kita sama-sama merenungi hadis di atas, tidak dapat tidak kita akan menerima hakikat bahawa bencana yang menimpa sesuatu kaum itu adalah berpuncak daripada perbuatan mereka sendiri. Oleh itu, kembali kepada yang dituntut oleh Islam, semoga kehidupan kita akan dirahmati keamanan dari dunia hingga ke akhirat.

sumber : Kompas.com dan Forum
Baca lanjutannya - ALASAN BENCANA MENURUT ISLAM

Wednesday, 14 December 2011

Bentuk-Bentuk Interaksi

Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingan-kepentingan serta tujuan-tujuan kelompok

Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan.

Untuk tahapan proses-proses asosiatif dan disosiatif Mark L. Knapp menjelaskan tahapan interaksi sosial untuk mendekatkan dan untuk merenggangkan. Tahapan untuk mendekatkan meliputi tahapan memulai (initiating), menjajaki (experimenting), meningkatkan (intensifying), menyatupadukan (integrating) dan mempertalikan (bonding). Sedangkan tahapan untuk merenggangkan meliputi membeda-bedakan (differentiating), membatasi (circumscribing), memacetkan (stagnating), menghindari (avoiding), dan memutuskan (terminating).

Pendekatan interaksi lainnya adalah pendekatan dramaturgi menurut Erving Goffman. Melalui pendekatan ini Erving Goffman menggunakan bahasa dan khayalan teater untuk menggambarkan fakta subyektif dan obyektif dari interaksi sosial. Konsep-konsepnya dalam pendekatan ini mencakup tempat berlangsungnya interaksi sosial yang disebut dengan social establishment, tempat mempersiapkan interaksi sosial disebut dengan back region/backstage, tempat penyampaian ekspresi dalam interaksi sosial disebut front region, individu yang melihat interaksi tersebut disebut audience, penampilan dari pihak-pihak yang melakukan interaksi disebut dengan team of performers, dan orang yang tidak melihat interaksi tersebut disebut dengan outsider.
Erving Goffman juga menyampaikan konsep impression management untuk menunjukkan usaha individu dalam menampilkan kesan tertentu pada orang lain. Konsep expression untuk individu yang membuat pernyataan dalam interaksi. Konsep ini terbagi atas expression given untuk pernyataan yang diberikan dan expression given off untuk pernyataan yang terlepas. Serta konsep impression untuk individu lain yang memperoleh kesan dalam interaksi.
Baca lanjutannya - Bentuk-Bentuk Interaksi

Saturday, 10 December 2011

Pendidikan IPS di Sekolah Dasar

Mata pelajaran IPS diajarkan kepada siswa sekolah dasar untuk mencapai beberapa tujuan. Tujuan tersebut meliputi, pertama diharapkan siswa mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, kedua memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, ketiga memiliki komitmen dan kesadaran tehadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan keempat memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasioal, dan global (Depdiknas, 2006:1).

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD harus memperhatikan kebutuhan anak yang berusia antara 6-12 tahun. Anak dalam kelompok usia 7-11 tahun menurut Piaget (1963) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan kongkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (=kongkrit), dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.

Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive, iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik, lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa. Itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang kongkrit ke yang abstrak dengan mengikuti pola pendekatan lingkungan yang semakin meluas (expanding environment approach) dan pendekatan spiral dengan memulai dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari yang dekat ke yang jauh, dan seterusnya : dunia-negara tetangga-negara-propinsi-kota/kabupaten-kecamatan-kelurahan/desa-RT/RW-tetangga-keluarga-Aku.

Pola Pendekatan Lingkungan yang Semakin Meluas
Pembelajaran IPS SD akan dimulai dengan pengenalan diri (self), kemudian keluarga, tetangga, lingkungan RT, RW, kelurahan/desa, kecamatan, kota/kabupaten, propinsi, negara, negara tetangga, kemudian dunia. Anak bukanlah sehelai kertas putih yang menunggu untuk ditulisi, atau replika orang dewasa dalam format kecil yang dapat dimanipulasi sebagai tenaga buruh yang murah, melainkan, anak adalah entitas yang unik, yang memiliki berbagai potensi yang masih latent dan memerlukan proses serta sentuhan-sentuhan tertentu dalam perkembangannya. Mereka yang memulai dari egosentrisme dirinya kemudian belajar, akan menjadi berkembang dengan kesadaran akan ruang dan waktu yang semakin meluas, dan mencoba serta berusaha melakukan aktivitas yang berbentuk intervensi dalam dunianya.

Pendidikan IPS dalam Struktur Program Kurikulum (KBK) SD
Pendidikan IPS SD disajikan dalam bentuk synthetic science, karena basis dari disiplin ini terletak pada fenomena yang telah diobservasi di dunia nyata. Konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian dari synthetic science ditentukan setelah fakta terjadi atau diobservasi, dan tidak sebelumnya, walaupun diungkapkan secara filosofis. Para peneliti menggunakan logika, analisis, dan keterampilan (skills) lainnya untuk melakukan inkuiri terhadap fenomena secara sistematik. Agar diterima, hasil temuan dan prosedur inkuiri harus diakui secara publik (Welton and Mallan, 1988 : 66-67).
Tema-tema IPS SD yang Perlu Mendapat Perhatian Secara gradual, di bawah ini akan diungkapkan beberapa tema IPS SD yang perlu mendapat perhatian kita bersama, antara lain :
1. IPS SD sebagai Pendidikan Nilai (value education), yakni :
  • Mendidikkan nilai-nilai yang baik yang merupakan norma-norma keluarga dan masyarakat;
  • Memberikan klarifikasi nilai-nilai yang sudah dimiliki siswa;
  • Nilai-nilai inti/utama (core values) seperti menghormati hak-hak perorangan, kesetaraan, etos kerja, dan martabat manusia (the dignity of man and work) sebagai upaya membangun kelas yang demokratis.
2. IPS SD sebagai Pendidikan Multikultural (multicultural eduacation), yakni
  • Mendidik siswa bahwa perbedaan itu wajar;
  • Menghormati perbedaan etnik, budaya, agama, yang menjadikan kekayaan budaya bangsa;
  • Persamaan dan keadilan dalam perlakuan terhadap kelompok etnik atau minoritas.
3. IPS SD sebagai Pendidikan Global (global education), yakni :
  • Mendidik siswa akan kebhinekaan bangsa, budaya, dan peradaban di dunia;
  • Menanamkan kesadaran ketergantungan antar bangsa;
  • Menanamkan kesadaran semakin terbukanya komunikasi dan transportasi antar bangsa di dunia;
  • Mengurangi kemiskinan, kebodohan dan perusakan lingkungan.
Baca lanjutannya - Pendidikan IPS di Sekolah Dasar
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...